Rabu, 07 Desember 2011

Proposal Tambak Bandeng Tanjung Pasir

I.      JUDUL PENELITIAN
“KONTRIBUSI BUDIDAYA TAMBAK TERHADAP KONDISI SOSIAL-EKONOMI PETAMBAK DI DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG-BANTEN”

II.         PENDAHULUAN
2.1  Latar Belakang Masalah
Kepulauan Indonesia yang terletak di Asia dan Australia, merupakan kawasan kepulauan (insular regions) yang paling besar di dunia, memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut. Wilayah perairan Indonesia merupakan sumberdaya yang banyak menghidupi masyarakat yang bermukim disekitarnya. Fakta fisik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km² (0,3 juta km² perairan territorial; dan 2,8 juta km² perairan nusantara) atau 62% dari luas teritorialnya.
Wilayah pesisir dan lautan memainkan peran yang penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki berbagai sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang beragam.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (1989:26) bahwa lingkungan atau lingkungan hidup termasuk di dalamnya yaitu tanah, air, udara, mineral, organisme, manusia serta mahluk hidup lainnya. Persyaratan tersebut menunjukkan bahwa di lingkungan fisik yang berbeda akan berpengaruh terhadap aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya yang terdapat di daratan, perairan dan potensi lain yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Begitu juga bila dilihat dari konsep geografi sosial/manusia, yaitu mempelajari hubungan timbal-balik antra manusia dengan alam, serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan diri dengan keadaan alam demi kemamkmuran dan kesejahteraan hidupnya.
Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan budidaya udang di tambak air payau. Pengoperasian tambak udang biasanya dikembangkan di daerah pasang surut. Di kawasan tersebut tersedia air setinggi 0,8-1,5 m selama periode rata-rata pasang tinggi, yang dapat digunakan untuk budidaya udang dan untuk pengeringan secara sempurna pada saat diperlukan (BPPT 1995).
Dalam Skripsi Ema Rahmawati (2005:2) Wilayah pantai merupakan sumberdaya yang banyak menghidupi masyarakat yang bermukim disekitarnya, yaitu sumberdaya perikanan yang dibagi dalam dua sektor yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk sektor perikanan tangkap produksinya diperoleh dari hasil laut dengan cara melakukan penangkapan langsung di laut lepas, sedangkan sektor perikanan budidaya tambak, produksinya diperoleh dengan cara membudidayakan ikan atau udang di tambak, yaitu kolam di tepi laut yang berair payau (campuran air asin dari laut dan air tawar dari sungai).
Perikanan sebagai bagian yang mendukung sektor pertanian tidak bisa diabaikan keberadaannya, sub sektor perikanan ini harus mendapatkan perhatian yang optimal karena pertimbangan sebagai berikut:
1.      Indonesia memiliki perairan yang cukup luas meliputi perairan darat dan laut, dengan potensi perikanan yang cukup besar.
2.      Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup pesat mengharuskan tersediannya sumber protein yang cepat pula.
3.      Perikanan member devisa bagi Negara.
4.      Perikanan merupakan sub sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja cukup banyak.
Apabila sumberdaya perikanan tersebut dimanfaatkan secara optimal maka masyarakat dapat hidup dalam tingkat kemampuan sosial ekonomi atau tingkat kesejahteraan yang tinggi, sehingga mereka dapat hidup dengan layak. Peningkatan kemampuan sosial ekonomi tersebut dapat dicapai melalui peningkatan produksi dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di wilayah yang bersangkutan, dalam hal ini yaitu budidaya tambak. Oleh karena itu manusia sangat tergantung pada alam dimana ia berada. Semua sumber kehidupan yang bersifat primer, bersumber dari kekayaan alam yang tersedia, sehingga akan menentukan tingkat kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah tersebut.
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Tanjung Pasir, desa ini merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Teluk Naga yang luasnya 92 ha. Orbitasi desa ini terletak sekitar 21 km, merupakan jarak ke ibukota kabupaten terdekat. Jumlah penduduk di desa ini 8.053 orang. Desa ini pada dekade 80-an sulit diakses, kini berubah secara signifikan dengan dibangunnya sarana transportasi, fasilitas pendidikan, kesehatan dan juga sarana ekonomi pembangunan pasar.
Maka dari latar belakang di atas peneliti mencoba meneliti budidaya tambak dan menghubungkannya dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, dengan judul penelitian “Kontribusi Budidaya Tambak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang-Banten”

2.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana usaha budidaya tambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Tangerang-Banten?
b.      Bagaimana kondisi sosial ekonomi petambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang?
c.       Seberapa besar kontribusi budidaya tambak terhadap kondisi sosial ekonomi petambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang-Banten?

2.3  Tujuan Penelitian
a.       Memperoleh gambaran tentang usaha budidaya tambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Tangerang-Banten.
b.      Menganalisis kondisi sosial ekonomi petambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Tangerang-Banten.
c.       Mengidentifikasi kontribusi budidaya tambak terhadap kondisi sosial ekonomi petambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Tangerang-Banten.

2.4  Manfaat Penelitian
a.       Diperolehnya data atau informasi mengenai budidaya tambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang-Banten.
b.      Sebagai salah satu sumber data dan informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
c.       Diperolehnya data atau informasi mengenai pengaruh tambak terhadap kondisi sosial petambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang-Banten.
d.      Menjadi bahan masukan bagi instansi terkait untuk pemanfaatan budidaya tambak.
e.       Bagi dunia pendidikan dapat menjadi bahan pengayaan bagi pengembangan keilmuan geografi.

2.5  Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah “KONTRIBUSI BUDIDAYA TAMBAK TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PETAMBAK DI DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG-BANTEN”. Kesalahan penafsiran judul penelitian dapat menimbulkan kesimpulan lain dari penelitian. Maka, penulis perlu memberikan batasan dalam definisi operasional sebagai berikut:
a.       Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris contribute, contribution, maknanya keikutsertaan, keterlibatan, dan melibatkan diri.
Kontribusi adalah sumbangan, turut membantu tenaga/pikiran (Moeliyono, 1989:89). Kontribusi adalah keikutsertaan diri seseorang dalam sesuatu, bisa dalam bentuk partisipasi pemikiran atau materi.

b.      Budidaya Tambak
Budidaya menurut Kamus Besar Bahasa Inggris (KBBI) yaitu cara kerja atau usaha yang mendatangkan manfaat dan memberikan hasil yang memuaskan.
Budidaya tambak adalah usaha untuk membudidayakan ikan atau udang di tambak, yaitu kolam di tepi laut yang berair payau (campuran air asin dari laut dan air tawar dari sungai).
c.       Kondisi Sosial-Ekonomi
Kondisi sosial-ekonomi adalah keadaan struktur sosial ekonomi petambak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kota Tangerang-Banten.
d.      Masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris disebut society yang berasal dari bahasa latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar bahasa Arab yaitu syaraka yang berarti ikut serta. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990:612) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama membentuk satu kesatuan sosial.
e.       Desa Tanjung Pasir
Desa Tanjung Pasir adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Teluk Naga, Kota Tangerang Provinsi Banten.

III.      TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian adalah kegiatan manusia mengusahakan tanah dengan maksud memperoleh hasil tanaman atau hasil hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk mendapatkan hasil selanjutnya (Adiwilanga, 1982 : 2). Berdasarkan pengertian tersebut, pertanian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Pertanian dalam arti sempit atau pertanian dalam arti sehari-hari, yaitu bercocok tanam.
b.      Pertanian dalam arti luas atau pertanian dalam arti ilmiah, yaitu semua kegiatan manusia yang meliputi bercocok tanam, peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan, serta pengolahan hasil bumi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa salah satu unsur dari pertanian adalah perikanan. Menurut Endiklopedia Indonesia (1985 : 2668), yang dimaksud dengan perikanan adalah kegiatan, pekerjaan, atau usaha menangkap ikan, baik dari perikanan umum yang masih bersifat alami (laut, sungai, danau, dan rawa) maupun perairan terbatas buatan manusia (kolam air tawar, tambak air payau, waduk pengairan). Kegiatan ini dilakukan oleh para nelayan dan petani tambak dengan tujuan untuk memperoleh daging ikan sebagai sumber protein. Usaha perikanan pada hakikatnya merupakan manipulasi sumber daya alam melalui teknologi yang sesuai, oleh karena itu, pengetahuan tentang perikanan serta cara-cara eksploitasinya perlu dikuasai secara sempurna. Hal ini dimaksudkan supaya usaha perikanan dapat memberi manfaat yang maksimal bagi manusia.
Perikanan darat adalah usaha perikanan yang meliputi segala penangkapan dan pemeliharaan ikan yang dilakukan di dalam batas garis pantai (Arisman, 1981:8–9). Salah satu kegiatan perikanan darat yang banyak terdapat di pesisir pantai adalah budidaya ikan bandeng di dalam tambak. Istilah tambak berasal dari bahasa Jawa yaitu “nambak”, yang artinya membendung air dengan pematang sehingga terkumpul pada suatu tempat (Soeseno, 1988:2). Tambak dapat dibangun apabila memenuhi syarat yang paling utama, yaitu telah dibuatnya bendungan sebagai tempat penampungan air yang berasal dari air laut serta memiliki sarana saluran air yang memudahkan penambahan air maupun pembuangan air pada waktu panen.
Menurut Murtidjo (1988 : 11), berdasarkan salinitasnya tambak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Tambak bersalinitas tinggi, adalah tambak yang sangat dekat dengan garis pantai. Tambak semacam ini memiliki memiliki kadar keasinan air yang sangat tinggi.
b.      Tambak bersalinitas menengah, adalah tambak yang agak jauh dari garis pantai, tetapi dekat dengan sungai.
c.       Tambak bersalinitas rendah, adalah tambak yang terletak sangat jauh dari garis pantai, tetapi dekat dengan sungai.
Usaha budidaya tambak terutama ikan bandeng secara teoritis lebih memberikan prospek ekonomi yang lebih menjanjikan, mengingat ikan bandeng hingga saat ini tetap menjadi komoditas budidaya yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia. Ikan bandeng mempunyai nama latin chanos-chanos, yang merupakan sejenis ikan laut yang tersebar dari pantai Afrika Timur sampai kepulauan Timotu, sebelah timur Tahiti, dan dari selatan Jepang sampai Australia Utara (Soeseno, 1988 : 2). Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau. Ikan bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya (Mudjiman, 1983 : 2). Usaha budidaya tambak ikan bandeng secara teoritis lebih memberikan prospek ekonomi yang lebih menjanjikan, mengingat ikan bandeng hingga saat ini tetap menjadi komoditas budidaya yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia.
Dalam membudidayakan ikan bandeng di dalam tambak, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan sehingga para petani tidak banyak menemui hambatan. Hal ini dikarenakan dalam mengusahakan tambak selain didukung oleh kondisi fisik juga didukung oleh kondisi non fisik yang ada pada lingkungan para petani. Menurut Afrianto (1988 : 13), ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan para petani tambak antara lain:
1.      Pemilihan tempat atau lokasi dan kondisi lingkungan berdasarkan pada tekstur tanah, topografi, temperatur air, dan kualitas, serta kuantitas air.
2.      Perencanaan usaha budidaya ikan yang meliputi ukuran unit usaha, penyediaan air, dan sistem pengeringan.
3.      Perencanaan pembuatan tambak yang didasarkan pada pertimbangan biologis dan ekonomis serta cara pengelolaannya.


3.1  Pengertian Tambak
Tambak merupakan usaha perikanan dalam wilayah tertentu yang dikelola secara intensif sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Budidaya tambak merupakan suatu kegiatan membesarkan udang/ikan dalam suatu kolam, dan agar dapat diperoleh hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi lingkungan tertentu yang sesuai bagi udang/ikan yang dipelihara. Faktor utama yang sangat menentukan produktivitas tambak adalah kualitas air dalam petakan tambak, yang merupakan media tumbuh bagi udang/ikan yang dipelihara. Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas tambak adalah kesuburan tanah. Dengan kualitas air yang baik dan tanah yang subur, diharapkan makanan alami dapat tumbuh dengan baik. Disamping kesuburan tanah, kandungan zat-zat beracun merupakan faktor yang berpengaruh pada kualitas produksi. Untuk tambak-tambak tradisional, usaha terpenting untuk menaikkan produktivitas tambak adalah dengan menyediakan air kolam tambak dengan kualitas air yang baik serta dengan perbaikan dan penataan kembali prasarana irigasi.
Faktor-faktor yang mendukung usaha budidaya ikan bandeng ini meliputi faktor fisik dan faktor non fisik (sosial-ekonomi). Tambak yang diusahakan haruslah dapat memberikan keuntungan dan berlangsung secara terus menerus. Lokasi yang digunakan untuk tambak ikan bandeng harus berada di tempat yang masih termasuk daerah pantai.
Faktor-faktor fisik yang harus diperhatikan dalam pembuatan tambak adalah:
1.      Iklim (curah hujan)
2.      Morfologi Tambak
3.      Keadaan tanah (letak, topografi, pH, dan tekstur tanah)
4.      Keadaan air (suhu, kadar garam, dan pH air)
Faktor sosial ekonomi yang perlu diperhatikan para petani tambak adalah:
1.      Tenaga kerja
2.      Prasarana jalan
3.      Ketersediaan benih
4.      Ketersediaan pasar
5.      Modal
6.      Hasil produksi
7.      Penghasilan
8.      Kesehatan
9.      Kepemilikan Fasilitas Hidup
10.  Transportasi
11.  Gangguan penyakit
12.  Kebijakan Pemerintah
Menurut Slamet Soeseno (1983 : 44), ada beberapa faktor lingkungan yang sangat dominan dalam budidaya ikan bandeng, yaitu:
1.      Elevasi (ketinggian tempat) calon lokasi tambak.
2.      Keadaan tanah yang menjadi dasar tambak.
3.      Mutu air calon pengisi tambak.
4.      Tata letak tambak.

3.2  Budidaya Ikan dan Udang di Tambak
Budidaya ikan dan udang di tambak ialah kegiatan usaha pemeliharaan atau pembesaran ikan dan udang di tambak mulai dari ukuran benih (benur) sampai menjadi ukuran yang layak untuk dikonsumsi. Dimana dalam budidaya udang ini terdiri dari tiga sistem atau tingkatan sebagai berikut:
1.      Sistem budidaya tradisional atau ekstensif.
2.      Sistem budidaya semi-intensif atau tradisional yang diperbaiki.
3.      Sistem budidaya intensif.
Untuk lebih jelas tentang sistem budidaya udang dapat kita lihat pada Tabel 6. berikut:
Tabel 6. Tingkatan Sistem Budidaya Udang di Tambak

Tingkatan Sistem Budidaya
Ekstensif
Semi-Ektensif
Intensif
Pakan
Alami
Alami + pakan tambahan
Pakan formula lengkap
Pengelolaan air
Pasang surut
Pasang surut + pompa
Pompa + aerasi
Padat penebaran
1.000 - 10.000 Ekor/ha/musim
10.000 - 50.000 ekor/ha/musim
100.000 - 600.000 ekor/ha/musim
Ukuran petak tambak
3-20 ha
1 - 5 ha
0,1 - 1 ha
Produksi
100 – 500
500 - 1.000
2.000 - 20.000 kg/ha/th

IV.      PROSEDUR PENELITIAN
4.1  Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (1999:1) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Penelitian survey yang dimaksud adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989:3).
Selain metode survey, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1980:139) sebagai berikut: “Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang diteliti, maka penelitian ini diharapkan dapat menganalisa, menggambarkan data yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan.

4.2  Populasi dan Sampel
a.      Populasi Penelitian
Menurut Tika (2005:24), Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Berdasarkan dari pengertian di atas maka populasi yang akan diteliti meliputi populasi ruang fisik dan populasi ruang sosial. Populasi ruang fisik penelitian meliputi lahan dan kawasan budidaya tambak di Desa Tanjung Pasir yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai mata pencaharian. Populasi sosial adalah seluruh petambak di Desa Tanjung Pasir.

b.      Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel masyarakat petambak di Desa Tanjung Pasir. Adapun Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Pengertian sampel purposif menurut Tika (2005: 41) adalah sebagai berikut:
“Sampel purposif disebut juga judgement sampling adalah sampel yang diipilih secara cermat dengan mengambil orang atau objek penelitian yang selektif dan mempunyai cirri-ciri yang spesifik. Sampel yang diambil memiliki cirri-ciri yang khusus dari populasi sehingga dapat dianggap cukup reppresentatif. Cirri-ciri maupun strata yang khusus tersebut sangat tergantung dari keinginan peneliti.”

4.3  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a.       Peta Rupabumi skala 1 : 25.000 untuk menentukan dan mengecek penggunaan lahan di daerah penelitian.
b.      Global Positioning System (GPS) untuk lebih menentukan letak kawasan budidaya tambak di Desa Tanjung Pasir yang dijadikan daerah penelitian.
c.       Pedoman Wawancara, sebagai pedoman dalam melakukan wawacara terhadap responden.
d.      Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan objek peneltian di lapangan.
e.       Alat Tulis, untuk mencatat hasil penelitian.

4.4  Variabel Penelitian
Menurut Iqbal (2004:13) variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dan bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum.
Variabel penelitian menurut Rafi’I (1986:6) mengandung arti ukuran, berbeda sifat atau ciri lain yang dimiliki anggota suatu kelompok suatu set yang dengan anggota yang dimiliki suatu set yang lain. Berdasarkan hubungannya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas (undependent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Dimana variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi, sedangkan variable terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder sebagai berikut:
1.      Jenis data primer, diperoleh dengan menggunakan teknik:
a)      Observasi
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung kondisi fisik dan kondisi sosial daerah penelitian. Teknik ini dengan datang langsung ke lokasi penelitian dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya pengambilan data penduduk (monografi/profil desa), pengamatan kondisi fisik dan sosial, foto/gambar, ploting lokasi.

b)      Wawancara
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada aparat pemerintah dan responden sebagai data primer, dengan teknik ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam menjaring data penelitian secara langsung dan benar. Dengan menggunakan instrument pedoman wawancara atau kuesioner untuk memperoleh data dan informasi mengenai variabel yang tercakup dalam variabel penelitian.

2.      Jenis data Sekunder, diperoleh dengan teknik:
a)      Studi Literatur
Dilakukan untuk mendapatkan data terkait dengan permasalahan baik konsep maupun teori yang menunjang penelitian dengan mempelajari buku-buku, surat kabar, laporan penelitian, dan bahan lain yang dianggap relevan dengan penelitian.

b)      Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi, untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah yang sedang diteliti diperlukan informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari dan mendapatkan dokumen-dokumen yang terkait dengan permasalahan, dengan mendatangi instansi-instansi pemerintahan seperti: Dinas Kesbangpol Linmas, Kecamatan, Kelurahan, Dinas Kelautan dan Perikanan, BAPPEDA, dan BPS.

a.      Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul maka selanjutnya dilaksanakan pengolahan atau analisis data. Secara garis besar analisis data ini meliputi:
1.      Tahap persiapan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah:
a)      Memeriksa dan mengecek kelengkapan identitas pengisi
b)      Memeriksa dan mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument pengumpulan data
c)      Mengecek macam-macam isian data
2.      Tabulasi data
      Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi dengan menguraikan yang selanjutnya mengelompokkan dari tiap-tiap butir seluruh pertanyaan yang ada pada angket isian dan pedoman wawancara responden. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kode dari tiap-tiap item instrumen pengumpulan data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam bentuk data.
3.      Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.       Perhitungan Prosentase
Merupakan teknik statistic sederhana (perhitungan persentase) dengan rumus:
Keterangan:
P %     : besarnya prosentase (%) hasil penelitian
F          : frekuansi jawaban
N         : jumlah responden
            Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden, maka penulis menggunakan angka indeks. Angka indeks digunakan untuk membandingkan sustu objek atau data, baik yang bersifat factual atau pun perkembangan. Kriteria prosentase (%) seperti yang dikemukakan oleh Effendi dan Manning (1991:263), sebagai berikut:
Tabel 7.
No
Prosentase Skor
Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
100
75 – 99
51 – 74
50
25 – 49
1 – 24
0
Seluruhnya
Sebagian besar
Lebih dari setengahnya
Setengahnya
Kurang dari Setengahnya
Sebagian kecil
Tidak ada
            Sumber : Effendi dan Manning, 1991
b.      Hubungan Antar Variabel
Skala terdiri dari 4 jenis yaitu nominal, ordinal, interval dan ratio. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sarwono (2004:3) sebagai berikut :
“Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan objek, individual atau kelompok dimana dalam pengidentifikasianya digunakan angka sebagai simbol dan angka tersebut menunjukan kebereadaan atau ktidak-adaannya karakteristik tertentu yang memberikan informasi apakah suatu objek memilki karateristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berupa banyak kekurangan dan kelebihannya; skala interval adalah skala yang memiliki karakteristik seperti yang dimilki oleh nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain yaitu adanya interval yang tetap; skala rasio adalah skala yang memilki karateristik yang dimilki oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut”.
Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel, maka digunakan prosedur statistik:


·         Koefisien Korelasi Kontingensi C
Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai dari KK sebagai patokan.
Tabel 8. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No.
Interval Nilai
Kekuatan Hubungan
1.
KK = 0,00
Tidak ada
2.
0,00 < KK ≤ 0,20
Sangat rendah atau lemah sekali
3.
0,20 < KK ≤ 0,40
Rendah atau lemah tapi pasti
4.
0,40 < KK ≤ 0,70
Cukup berarti atau sedang
5.
0,70 < KK ≤ 0,90
Tinggi atau kuat
6.
0,90 < KK < 1,00
Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
7.
KK = 1,00
sempurna
Sumber: Iqbal Hasan, 2004
Alat pengukur untuk menetukan kerataan atau korelasi diantara dua variabel. Perhitungan prosedur statistik ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Softwere SPSS 15. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi  kontingensi C menurut Sugiyono (2002: 224) sebagai berikut:
Keterangan :
  = Kontingensi
n    = banyaknya sampel
   = Chi- Kuadrat
·         Untuk menghitung Chi Kuadrat menggunakan rumus:

Keterangan :
                      = Nilai Chi square atau Chi Kuadrat
O (observasi)   =    fo   = Frekuensi hasil pengamatan
E (expectation) =   fe     = Frekuensi yang diharapkan

a)      Menentukan ketergantungan untuk melihat pengaruh antar dua varibel.
ü  Jika diperoleh hasil Chi-Kuadrat hitung < Chi–Kuadrat tabel artinya tidak ada pengaruh antar kedua variabel tersebut.
ü  Jika diperoleh hasil Chi-Kudrat hitung  > Chi-Kuadrat tabel, ada pengaruh antara kedua variabel tersebut.
b)      Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel dengan cara membandingkan C dan Cmax menggunakan formula yang dikemukakan Sudjana (1976: 991) sebagai berikut 
Keterangan:
C                    = Kontingensi
N                   = Banyaknya sampel
X                   = Chi–Kuadrat
Cmax             = C maksimum
M                   = Harga minimum antar baris dan kolom
Untuk menentukan koefisien korelasi kontingesi C menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Nugraha (1985: 72) sebagai berikut :
C = 0                                       : Tidak mempunyai korelasi
0 < C< 0,20                            : Korelasi rendah sekali
0,20 < C< 0,40 Cmax             : Korelasi rendah
0,40 < C < 0,60 Cmax            : Korelasi sedang
0,60 < C < 0,80 Cmax            : Korelasi tinggi
0,20 < C < Cmax                    : Korelasi tinggi sekali
C= Cmax                                : Korelasi sempurna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar